Falcataria: Mewujudkan Mimpiku Menyatu dengan Alam dan Teknologi

Saya bertumbuh di sebuah pedesaan yang tenang dengan udara yang segar dan cuaca yang sejuk, dan melihat langsung banyak masyarakat di desa mencari nafkah sebagai petani kayu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas (SMA), saya menempuh pendidikan tinggi dengan jurusan Teknik Industri di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sebagai anggota Generasi Z, saya secara alami tertarik pada dunia teknologi yang luar biasa. Minat ini secara perlahan membawa ketertarikan saya ke dunia manufaktur, di mana saya melihat kemajuan teknologi yang signifikan dibandingkan dengan industri lainnya.

Setelah lulus, saya mendapatkan informasi adanya kesempatan untuk bergabung dalam program Management Trainee (MT) Falcataria di PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG). Awalnya saya ragu, karena prasangka saya tentang industri kayu yang dianggap ketinggalan zaman, merugikan lingkungan, dan kurang memiliki kecanggihan teknologi.

Namun, pandangan saya tersebut terbantahkan setelah berinteraksi dengan tim DSNG. Penjelasan mereka memicu rasa ingin tahu saya lebih dalam, menemukan interaksi menarik antara industri ekstraktif dengan alam. Di sini saya menemukan bahwa teknologi memainkan peran penting dalam menciptakan sebuah harmoni.

Bergabung dalam program Falcataria menjadi pencerahan pandangan pribadi saya akan industri kayu, termasuk menjawab rasa ingin tahu saya tentang hubungan teknologi dengan industri manufaktur. Komitmen DSNG terhadap keberlanjutan, terutama dalam memantau rantai pasok kayu, patut diacungi jempol. Teknologi terintegrasi dengan baik dalam setiap langkah, mulai dari bahan mentah hingga produk siap ekspor, memberikan wawasan komprehensif melalui pembelajaran end-to-end.

Selain itu, program Mitra Hutan Rakyat DSNG memungkinkan Perusahaan tidak hanya mendapatkan kayu dengan bertanggung jawab tetapi juga memberdayakan petani lokal. Hal tersebut menghilangkan prasangka saya sebelumnya tentang penebangan ilegal. Petani Mitra Hutan Rakyat menggunakan pendekatan berkelanjutan dengan menanam dan menebang pohon hanya dari area yang ditentukan sebelum akhirnya menjualnya kepada perusahaan.

Selain itu, saya juga memiliki kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan pengembangan diri, termasuk keterampilan kepemimpinan, keterampilan komunikasi, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, dan keterampilan lainnya. Di industri yang padat karya ini, saya berinteraksi dan bekerja sama dengan berbagai individu, mengasah keterampilan sosial saya—suatu aset berharga untuk kepemimpinan masa depan. Saya mendapatkan wawasan tentang motivasi kerja, etika kerja, dan pentingnya bekerja dengan sepenuh hati.

Tak hanya itu, rasa ingin tahu saya tentang teknologi pun terjawab saat saya mulai mempelajari Production Planning & Inventory Control (PPIC). Bersama dengan tim, kami mengembangkan program PPIC yang dikenal sebagai Auto Order Control (AOC) untuk perencanaan produksi dan pengendalian proses secara real-time. Pengalaman ini lebih mempertajam keterampilan kepemimpinan dan komunikasi saya untuk memastikan pencapaian target yang ditetapkan.

Di DSNG, saya merasa memiliki kebebasan untuk menjelajahi dan mengembangkan minat dan bakat saya, dipandu oleh para ahli dengan pengalaman luar biasa. Berbeda dengan label industri kayu sebagai industri usang, DSNG jauh dari stereotip tersebut.

Bagi mereka yang akan memulai perjalanan karier, DSNG menawarkan peluang terus mengembangkan bakat melalui inovasi berbasis teknologi, terutama konsep “Autonomous Factory”—perwujudan otomatisasi dalam bisnis kayu DSNG.

Terakhir, saya mengajak Anda untuk tidak ragu-ragu membangun karier Anda bersama DSNG!

===Selesai===